Halal Bi Halal 2017 dan Silaturahim Alumni AWS-Stikosa
|
Posma-Pekan Orientasi Mahasiswa, selalu menyisakan cerita menarik. Sebagai calon mahasiswa Akademi Wartawan Surabaya (AWS) tentu masih ingat tatkala mereka harus melewati dengan apa yang biasa disebut musim gojlokan. Jantung bisa berdegub kencang menanti kejutan para senior yang umumnya menjadi panitia Posma. Perilaku para senior ini merupakan duplikat dari apa yang mereka terima sebelumnya. Kemudian para mahasiswa yang mendapat gojlokan, ketika menjadi panitia serupa pada tahun berikutnya, dia "membalas" kepada mahasiswa baru.
Adalah Fonumero Ziraluo, jauh-jauh merantau dari Pulau Nias, Sumatera Utara ingin memenuhi cita-citanya, melanjutkan kuliah. Sebelum diterima sebagai mahasiswa AWS dia menjadi tenaga honorer Palang Merah Indonesia, dan menempati mess di Jl. Embong Ploso, Surabaya. Lelaki yang akrab dipanggil Fonzier ini menjadi pusat perhatian para senior. Dengan logat Batak-nya yang lucu dia menjadi sasaran empuk panitia posma. Wajahnya lugu, selalu menuruti apapun perintah panitia.
Di akhir masa Posma, ada malam inagurasi yang bertujuan untuk menjalin keakraban dan hubungan baik antara mahasiswa baru baik dengan lingkungan kampus utamanya kepada para pengurus Senat dan Dekan, serta para pembina kampus. Meskipun ini akhir dari Posma, justru disini galak-galaknya senior.
Fonzier dan kawan satu regunya diminta membawa kayu bakar. Selain kayu bakar, tidak dibolehkan. Di pagar halaman kampus, Fonzier dicegat dan digeledah. Dia membawa kayu, tetapi bukan kayu bakar. Seorang senior berteriak, "Ada yang melanggar aturan. Dia tidak bawa kayu bakar, ayo dihajar" Panitia lainnya segera bergerak mendekat.
Tanpa disangka-sangka, Fonzier yang dikenal halus budi tiba-tiba melakukan perlawanan. Dia mengeluarkan golok. Dia acung-acungkan golok itu, seakan-akan tak mau kalah dengan seniornya. Dia mengeluarkan ancaman, "Saya bunuh kalian, saya habisi kalian...." Suasana mendadak gaduh. Panitia Posma berlarian berusaha menyelamatkan diri. Tetapi Fonzier hanya berteriak-teriak, tanpa berusaha mengejar seniornya yang sudah pontang-panting. Lama-lama Fonzier menangis...
Kisah Fonzier ini menjadi salah satu testimoni acara Halal Bi Halal para alumni AWS dan alumni Stikosa-AWS di kediaman H. Tatang Istiawan, Minggu (16/7). Fonzier mengaku sedikit pun tak punya rasa dendam. Waktu itu dia kesal. Sebagai orang seberang, menumpang hidup di mess PMI rasanya tak mungkin mencari kayu bakar. Namun, demi mengemban tugas Posma, dia nekad mematahkan kayu pagar di halaman belakang mess PMI. "Tiba-tiba ada keinginan menggoda panitia. Ternyata mereka takut juga" ujarnya, sambil terpingkal-pingkal. Fonzier pernah berkarir di Suara Indonesia dan Harian Surya.
H. Tatang Istiawan (berdiri) tuan rumah Halal Bi Halal 2017 |
"Banyak kenangan manis semasa kuliah muncul kembali seolah baru kemarin terjadi, sementara usia kita sudah tidak muda lagi," kenang Aries Sudiono. Tahun 1977 Aries masuk AWS dan baru satu semester kuliah, Pengurus Senat Mahasiswa masuk tahanan Garnisun Surabaya karena memimpin aksi demo aktivis mahasiswa se Kota Surabaya, mengkritisi pemerintahan Orde Baru. Aries dan Errol Jonathans kemudian mengemban tugas sebagai Sekretaris Umum dan Ketua Umum Senat Mahasiswa AWS periode 1977.
Selagi menjadi Sekretaris Senat Mahasiswa AWS pria kelahiran Mojokerto ini diajak Tatang Istiawan menjadi kontributor Surabaya Post. "Tawaran tersebut dengan gembira saya sambut" tutur Aries dalam testimoninya. Sekitar enam hingga 8 bulan, kemudian Aries memenuhi tawaran seniornya, Peter A Rohi bergabung koran Jakarta, Sinar Harapan Perwakilan Jawa Timur. Sinar Harapan dibreidel oleh pemerintah tahun 1987 lalu berganti nama Suara Pembaruan, Aries tetap mengabdi hingga sekarang.
Halal Bi Halal 2017 dihadiri lebih dari delapan puluh alumni menjadi tempat reuni wartawan media cetak dan elektronik. Mereka pernah tergabung sebagai wartawan Surabaya Post, Jawa Pos, Surya, Suara Indonesia, Pos Kota, Suara Pembaruan, RRI dan TVRI. Hadir juga mereka yang aktif menjadi pegawai negeri sipil Komunikasi dan Informasi dan alumni yang berkarir di bidang kehumasan.
Dari kiri: Hadiaman Santoso, Imawan Mashuri, Roy Farida, Aprilianti Suharyanto, Tiny Frida, Fonzier, Eko Honeng
|
Tatang mengingatkan, media menghadapi banyak tantangan jika ingin bertahan dalam situasi sekarang. Media, termasuk Stikosa-AWS harus berubah, menyesuaikan diri dengan kondisi kekinian. Dia mengajak agar institusi menjadi sumber daya manusia yang mempunyai visi jauh ke depan untuk menjawab tantangan, apakah benar era sekarang ini merupakan jurang akhir bagi industri yang berbasis jurnalisme. Ingatlah, kata Tatang, wartawan atau jurnalis itu pembelajar sekaligus pejuang keadilan.
Tapi ada yang menilai wartawan itu selalu riang. Wartawan itu pikirannya panjang!
0 comments :
Posting Komentar